Tahun 2019 lalu, Vira Talisa sudah merilis album perdana bertajuk Primavera dalam rupa digital melalui sejumlah layanan music streaming. Kali ini album tersebut dikemas kembali dalam format CD dan dipasarkan secara luas melalui jaringan distribusi demajors sejak tanggal 4 Desember 2020.
Kata Primavera diambil dari bahasa Italia yang berarti musim semi. Musim semi, menurut Vira Talisa, diartikan sebagai harapan baru yang tumbuh berkembang. Dia menggambarkan kalau album perdana ini lebih terang ketimbang mini album selftitled yang sempat dirilis pada tahun 2016 silam.
“Entah ilham atau gimana, kata ‘Primavera’ ini lewat di kepala. Kebetulan ada lagunya Bruno Nicolai yang judulnya itu dan saya suka banget,” ungkap Vira Talisa kepada Pop Hari Ini.
Konon butuh perjuangan bagi Vira Talisa untuk sampai ke titik di mana dia akhirnya bisa merilis album ini. Sejak dia meninggalkan pekerjaan kantoran dan memilih menjadi full time musician, sampai berkutat di studio menghabiskan latihan dan workshop yang melelahkan.
Semua peristiwa yang sempat dia ceritakan lewat akun Instagram-nya itu membuktikan bahwa hasrat Vira Talisa memang untuk bermusik semata dan Primavera menjadi pembuktian konkritnya.
Primavera berisi total delapan lagu. Semua lagu ditulis dari sudut pandang personal Vira Talisa. Menurutnya, berbagai kejadian dan pengalaman yang pernah dia lalui bermuara menjadi lagu-lagu tersebut.
“Lagu ‘For the Time Being’ yang paling personal, lagu pertama yang gua buat untuk album ini. Lagu ini tentang refleksi diri apa saja yang sudah dilewati dan pengharapan ke depan lebih baik. Seperti ngobrol ke diri sendiri,” kata Vira Talisa kepada CNN Indonesia.
Lagu berikutnya yang tak kalah personal adalah “He’s Got Me Singin’ Again”. Lagu ini bercerita tentang sosok Radityo Joko Bramantyo, pemain bas sekaligus kekasih Vira Talisa. Sejak bertemu dengan Radityo, yang lantas jadi personel tambahan bandnya, Vira Talisa mulai terpacu untuk menulis lagu lagi.
“Kalau enggak ketemu dia mungkin album ini enggak rilis. Dia membuat gue menjelajah sisi diri yang belum gue coba. Dari segi pembuatan musik dan lirik dia mendukung, peran dia besar,” tambahnya.
Secara keseluruhan delapan lagu tersebut mengusung genre retro pop, dengan sentuhan samba dan bossanova.Seperti misalnya lagu “Primavera” yang berdurasi hampir lima menit itu cukup kental dengan sentuhan samba, plus imbuhan gitar elektrik menambah rasa retro pop. Kemudian ada lagu “Down in Vieux Cannes” yang mengemas nuansa bossanova melalui suara drum dan bass.
“Gue enggak pernah membatasi pop, sub genre pop bisa banyak banget. Ragam genre apa yang dipilih dalam album ini mengalir aja, tapi memang ingin ada samba dan bossanova,” imbuh Vira Talisa. “Di album ini lebih ingin membuka dan memberikan pernyataan kalau ke depan memungkinkan bikin lagu dengan genre lain.”
Berbeda dengan mini albumnya, pada Primavera ada eksplorasi Vira Talisa dalam merangkai lirik berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia diakuinya nyaman untuk digunakan dalam lagu. “Bahasa Inggris memang enak untuk story telling, tapi kosakatanya kurang banyak,” jelasnya.
Bak Primavera alias musim semi, itu adalah salah satu musim yang menurut Vira Talisa cocok untuk dianalogikan sebagai awal harapan baru yang tumbuh seperti bunga yang mulai mekar setelah musim dingin berkepanjangan. Dia berharap bahwa nuansa positif dan bercahaya yang ditawarkan oleh kehangatan musim semi bisa tergambar pada album ini.
Album ini bisa didapatkan melalui situs demajors.com, demajors App, maupun di seluruh jaringan (at)demajors.
One Comment on “Tumbuh Berkembang Bersama Primavera”