Ada yang menarik dari perhelatan Konfrensi Musik Pertama Di Indonesia, Archipelago Festival 2017 yang digelar di Soehanna Hall, SCBD pada 14-15 Oktober kemarin. Dari banyaknya diskusi panel yang menarik pada 2 hari gelaran festival ini, topik yang menarik untuk diangkat di sini adalah Peers & Pioneers. Kontennya kurang lebih menguak sejarah dari label-label independen yang secara langsung telah membentuk scene independen di Indonesia dengan band dan rekaman-rekaman yang mereka rilis.
Pembicaranya tidak asing lagi, mereka adalah orang yang kurang lebih bertanggung jawab terhadap perkembangan scene musik hari ini. Ada Helvi pendiri FFWD records, David pendiri Demajors dan Hanin pendiri Aksara records. Selama satu jam lebih diskusi, penonton diajak mengikuti ‘kisah sukses’ dari perjalanan label ini, bagaimana label ini masih tetap eksis hingga saat ini.
…Berawal dari toko piringan hitam, David Karto, sang empunya toko akhirnya mendirikan demajors di tahun 2001 dan memokuskan dirinya sebagai distributor rekaman-rekaman musik jazz dan band-band di jalur independen.
Tanpa henti mereka merilis serta mendistribusikan rekaman-rekaman band indonesia yang keren ke beberapa ‘kantung Demajors’ di beberapa kota di Indonesia. Seiring berjalannya proses, Demajors pun berbenah, mereka memiliki radio dan website untuk menunjang kepentingan promosi katalog mereka.
Senada dengan Helvi dan Hanin yang membuat label untuk mendokumentasikan momen. David pun melihat momen hari ini dimana band-band yang dipupuk oleh mereka berdua dari dulu kini tumbuh subur dan telah menemukan pasarnya, bahkan boleh dibilang mendominasi hampir seluruh acara musik yang ada di kota-kota besar. Ia contohkan seperti penyanyi Tulus, yang berangkat bukan dari label mainstream, namun menemukan ‘jodohnya’ ketika bergabung dengan Demajors dan menjadi ‘ledakan baru’ di kancah industri musik Indonesia.
Dan demi mendokumentasikan momen inilah yang kemudian secara tidak langsung menjadi latar belakang David membuat sebuah festival yang hampir sebagian besar pengisinya adalah band-band independen yang bernama Synchronize Festival.
Artikel selengkapnya bisa dibaca di Pop Hari Ini.