“Kenapa saya suka Seringai?! Pertanyaan yang bagus sih sebenarnya…”
Kalimat di atas diungkapkan oleh seorang pengamat musik dalam opening video dokumenter tentang band rock oktan tinggi asal Jakarta bernama Seringai. Memang pertanyaan simpel dan mendasar seperti itu seringkali susah untuk dicari jawabannya yang paling masuk akal. Tidak banyak argumen yang bisa diterima oleh semua kalangan.
Generasi Menolak Tua, sebuah karya DVD yang dirilis oleh High Octane Production dan demajors, seperti hadir untuk mengungkap serta memecahkan misteri tersebut. DVD ini telah beredar sejak tanggal 8 Maret 2010.
Beberapa bulan sebelumnya, video Generasi Menolak Tua sudah bikin penasaran saat dikabarkan bahwa proyek ini sutradarai oleh Bramantyo Hernomo a.k.a Sammy, bassist Seringai yang berprofesi sebagai penyiar radio swasta. Bukan apa-apa, sebab semua juga tahu kalau di tubuh Seringai sendiri sebenarnya ada sosok Edy Susanto a.k.a Khemod, seorang sutradara handal asuhan rumah produksi Cerahati yang sudah banyak menelurkan karya klip musik populer di negeri ini. Ini jelas kejutan, sekaligus jadi justifikasi, bahwa untuk menjadi sutradara itu sebenarnya mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja – tanpa harus mengenyam latar belakang studi atau profesi sinematografi sekalipun.
Ketika pertama kali memegang DVD itu saya langsung menyungging senyum seraya bergumam, “Damn, ini pasti seru dan gokil. Band ini punya selera humor yang kacau!” Bagaimana tidak, di bagian belakang sampulnya malah diceritakan histori awal band Ungu, sebelum mereka sadar dan kembali pada deskripsi yang benar.
Usil. Jahil. Sarkastik?! Anda yang putuskan.
Oke, secara kemasan sudah cukup apik dan menampar. Sayang tidak ada semacam buklet di dalamnya, padahal itu penting dan memungkinkan bagi band semacam Seringai. Namun itu masih dapat dimaafkan seketika saat saya menemukan bonus selembar emblem dan sekeping pick gitar. Mungkin ini siasat Seringai yang terlanjur bosan dimintai pick di sepanjang konsernya, atau mereka ingin semua fans-nya untuk menjadi gitaris?! Tapi saya coba berpikir positif, ini hanya trik karena bonus stik drum atau gitar Gibson masih terlalu sulit untuk berada di dalam kemasan kotak DVD.
Generasi Menolak Tua dibintangi oleh empat personel Seringai – Ricardo Siahaan, Arian Arifin, Bramantyo Hernomo, Edy Susanto – plus sejumlah cameo yang notabene masih teman-teman dan kenalan baik mereka sendiri. Kisahnya cukup runut, mulai soal awal pembentukan band, musikalitas, lirik, sesi rekaman, artwork, video, konser dan tur, sampai pada gairah liar Serigala Militia, sebutan akrab bagi para fans Seringai.
Mulai dari hal yang penting sampai yang tidak penting juga ada di sini. Setiap plot sanggup memaku pantat dan mencuri perhatian, hingga teramat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Alhasil seluruh adegan bisa terkemas cukup baik dan cerdas. Menyentuh citra natural Seringai sebagai kumpulan “anak muda” yang penuh dedikasi dan passion pada gaya hidup musik rock.
Komentar-komentar yang dirilis dari empat mulut resmi personel Seringai menyenangkan untuk didengar. Arian Arifin a.k.a Arian13 tetaplah dengan gaya kalimat yang agak sarkastik dan selalu penuh kejutan. Sammy nyaris senada, statemen-statemennya malah cenderung nakal dalam logat Jawa medhok yang dibuat-buat. Ricardo Siahaan a.k.a Ricky yang selama ini dikenal sebagai sosok yang paling “tenang dan dewasa” di Seringai, ternyata juga sering terbawa dalam kegilaan masif akibat pengaruh lingkungan sekitarnya. Dia juga jadi personel yang paling sering dijahili oleh kawan-kawannya. Favorit saya justru Khemod dengan gaya bicaranya yang eksplosif, plus gestur tubuh yang secara “estetik” selalu bisa memenuhi frame, dan pasti mengundang senyum. Penampilannya di DVD ini seperti balas dendam, karena selama di panggung dia hanya ditakdirkan untuk berada di garis belakang dan duduk tenang di balik set drum.
Kegilaan anggota Seringai ikut menular pada crew dan roadies-nya. Seringai memang diberkati oleh kru-kru handal yang, untungnya, sama gilanya dengan mereka. Ini tampak jelas tingkahnya di sela konser, backstage, atau perjalanan tour Seringai yang selalu fun. Di luar kewajiban membantu aksi panggung atau rekaman, gerombolan kru itu bisa berubah menjadi berandalan yang cukup chaotic, sinting, dan super konyol.
Selain perilaku khas anak muda yang liar layaknya serigala, Arian dkk juga doyan ngerjain siapa saja. Entah itu panitia acara, penonton, tamu, teman, bahkan kru mereka sendiri. Jahil khan?!
Makanya di video ini juga ada sesi games yang konyol, plus rekaman tingkah jahil mereka di berbagai tempat. Soal aksi jorok? Jangan ditanyakan lagi. Kebinalan? Seperti layaknya binatang. Kenakalan?! Tipikal khas anak muda lah.
Silahkan hitung sendiri berapa sensor bunyi yang terpaksa ada di video ini karena mulut personel Seringai dan para serigalanya yang susah diatur. Karya-karya seperti ini yang biasanya dilabeli dengan kalimat “Parental Advisory: Explicit Contents”. Tapi untungnya, DVD ini sudah lulus sensor dari “lembaga yang berwajib” dan bisa dinikmati penuh meski dengan bunyi “Tiiiiiittt…” yang berkali-kali.
Well, untuk memahami Seringai lewat perspektif personelnya sendiri tidaklah cukup, malah bisa jadi lebih kacau dan menyesatkan. Karena itu akhirnya diundang beberapa cameo dan bintang tamu untuk meluruskan berbagai teori dan fakta tentang Seringai. Siapa tahu mereka lebih jujur dan terbuka dibanding orang-orang dalam Seringai sendiri?!
Wendi Putranto (Rolling Stone Indonesia) ada di banyak frame untuk mendeskripsikan berbagai sisi Seringai secara lebih akurat dan analitis. Lalu ada Jason Tedjakusuma (Time Magazine) yang dengan bahasa bilingual coba mencermati profil musik Arian13 dkk. Ditambah beberapa testimoni dan komentar dari Karlina (High Octane Fanzine), Ryan Pelor (jurnalis/MC), Dadan Ketu (Riotic Store), Ijay (korban kaos Lencana), Fariz RM (musisi), serta para fans berat Seringai dari berbagai tempat. Penampilan spesial dari Izabel Jahja (a+ magazine), Cathy Sharon (selebriti), Lani Leyli (Amazing In Bed), dan Tyas Mirasih (aktris) tentu akan lebih menyegarkan mata dan suasana.
Jangan bertanya bagian mana dari video ini yang paling favorit atau esensial, karena sejak detik pertama hingga terakhir rasanya tidak ada yang boleh dilewatkan. Teorinya begini, mendokumentasikan sebuah stori band dalam video yang berdurasi yang singkat, tepat dan komprehensif tidaklah mudah. Banyak kita temui dokumenter band (asing) yang memang komprehensif tapi jatuhnya terlalu lama dan bertele-tele. Otomatis itu bikin bosan. Atau mungkin sebaliknya, ada video dokumenter yang singkat dan pas, namun belum mampu merangkum semua sisi aktivitas band yang dimaksud.
Nah, DVD Generasi Menolak Tua ini terbilang berhasil di sisi durasi dan materi. Tereksekusi secara pas dan tepat. Jadinya komplit: fun, seru, dan cerdas. Seperti mengadopsi metode Seringai dalam menulis lagu, tampaknya tim produksi juga memperhitungkan “selera dan kekuatan” fans atau pemirsa DVD pada umumnya. Ini berarti konsep dan riset yang telah berbicara banyak, dan berhasil.
Setelah menonton DVD ini, saya malah berpikir Seringai layak untuk punya program reality show sendiri di sebuah stasiun televisi swasta. Sebab mereka memang banci tampil, kaya akan ide dan cerita, bisa berperilaku sinting sekaligus inspiratif, tidak tampan sih tapi cukup videogenik, serta yang paling penting dari itu semua adalah mereka sangat tahu caranya untuk menghibur!
Apakah anda sudah menemukan jawaban dari misteri: “Kenapa saya suka Seringai?!…”
Jika belum, coba tonton DVD ini. Jika masih belum suka juga, maaf, berarti anda sudah melemah dan terlalu tua untuk Seringai.
*Artikel ini merupakan karya tulisan Samack, sebelumnya dimuat pada situs Jakartabeat dan buku Like This: Kumpulan Tulisan Pilihan Jakartabeat 2009-2010. Telah disunting seperlunya.